Laman

Kamis, 17 Februari 2011

RASA TAKUT BERUBAH RASA CINTA


Ketika masa sekolah dulu, pernah merasa takutnya kepada Pak Guru yang mengajarkan pelajaran matematika (murid sering  menyebutnya sebagai  “guru killer”).
Murid merasa terpaksa mengerjakan PR, terpaksa mengikuti semua perintah gurunya.
Namun waktu ada guru baru yang menggantikan pelajaran tersebut, malah para murid menjadi senang dengan pelajaran matematika. Aneh, kok tiba-tiba berubah senang.
Kira-kira apa yang menyebabkan para murid menjadi senang belajar matematika?
Adanya perubahan bentuk pola belajar dan mengajar oleh guru baru itu, rasa takut menjadi kasih sayang sehingga timbul rasa cinta nya, sehingga semua PR dikerjakan dengan rasa cinta.
Pola pikir merubah cara pandang dalam mengerjakan pekerjaan, ketakutan membuat seseorang tidak berani banyak berbuat untuk melangkah lebih maju. Bayangan dalam diri takut salah, takut mengecewakan, takut tidak berhasil dll.
Berubahlah, begitu cara seorang guru mengajarkan, agar muridnya lebih percaya diri dan berani merubah pandangannya.

Coba kita renungkan :

“Jika seseorang mencintai Allah, maka Allah akan mencintainya. Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah.” (QS. Al- Maidah ayat 54).

Mahabah atau cinta Tuhan, merupakan perubahan bentuk ketakwaan yang dilakukan oleh para pelaku sufi. Yang dimulai pada sekitar abad III Hijriyah. Tokoh utamanya adalah sufi wanita, Rabiah al Ahdawiyah. Dulu sebelum menjadi Mahabah, ketakwaannya didasarkan kepada rasa takut. Jadi, dalam beribadah didasarkan karena takut kepada siksaan Allah dan berharap surga-Nya. Mau berbuat maksiat atau mencuri takut dengan siksa neraka. Mau mabuk atau berjudi takut kepada Allah. Dan masih banyak lagi takut yang lain.

Namun dalam beribadah, ketakutan diubah menjadi Mahabah, maka dalam beribadah dapat menimbulkan rasa nikmat dan senang. Haus dan lapar dan capai tak lagi terasa, tergusur oleh rasa cinta beribadah kepada Allah. Saking cintanya kepada Allah dan rasa nikmatnya beribadah, maka tak ada waktu luang sedikitpun untuk urusan dunia.

Rabu, 02 Februari 2011

ORANG PINTAR PILIH TOLAK ANGIN

Tiga hari menjelang diadakannya kegiatan kampanye untuk pemilihan presiden, terjadi diskusi antara mantan Presiden Gus Dur dengan wartawan yang berusaha mewawancarinya.
Wartawan: “Menurut Anda, untuk saat ini parpol mana yang mewakili peluang paling besar untuk menang Gus.”

Gus Dur: “Wah … saya juga nggak ngerti tuh, soale kan pemilihan sekarang dilakukan langsung oleh rakyat, jadi ya kita lihat saja nanti.”
Wartawan: “Oya Gus, mengapa dalam setiap kampanye mereka, parpol-parpol tersebut senang sekali membodohi rakyat?”

Gus Dur: “Soale kalau pintar, rakyat nggak bakalan mungkin milih parpol-parpol itu.
Orang pintar kan milih Tolak Angin …“