Laman

Jumat, 27 Januari 2012

WONG CILIK NYAMAN HIDUP DI SOLO

"Nyaman hidup di kota Solo" begitu kata simbah - "Wali Kota nya selalu merakyat, memperhatikan wong cilik yang hidup di Kota Solo". 

Pak Djokowi begitu panggilan beliau adalah Wali Kota Solo yang dikenal semenjak ada Mobil ESEMKA, beliau membangun peradaban lebih maju berdasarkan dengan pendekatan kerakyatan. Mengelola pasar tradisionil yang lebih modern tidak meninggalkan kebiasaan budaya yang sudah tumbuh sejak dulu. Membela wong cili, termasuk petani, pengrajin, nelayan dan senimannya. Kampung Batik kembali hidup dengan pola kerakyatan, bukan seperti dulu ada pabrik milik babah - batik di kampug-kampung  hilang semenjak itu .

Mengelola Kota Solo yang indah tanpa banyak kehadiran Mall-mall, tidak seperti kota-kota lainnya mall- Mini market saling berdekatan sehingga mematikan pedagang warung kecil dan tradisionil. Jikalau para pemimpin memegaang konsep kerakyatan sudah pati akan selalu didukung dan dikenang oleh rakyatnya.

Benar kata simbah "Wong Cilik nyaman hidup di Kota Solo"

Maraknya aksi kekerasan akibat ketidakadilan terhadap Masyarakat, seperti yang terjadi di  Mesuji, Bima, Papua dan beberapa wilayahnya dinilai akibat ketidakadilan di Indonesia. Aadalah akibat dari Pemimpin sebagai yang punya kewenangan berlaku semena-mena terhadap wong cilik.

Aksi kekerasan, anarkis karena ketidak puasan adanya praktek ketidak adilan dari  pemimpin yang diberi amanah di Indonesia.

Akibat pilihan politik kebijakan diskriminatif pemerintahan , khususnya dalam pendistribusian hak-hak ekonomi, sosial dan politik - Perlu diantisipasi dengan pola kerakyatan. 

Simbah sangat apresiasi kepada Wali Kota Solo Bp. Djokowi yang membangun dengan pendekatan budaya dan kerakyatan, semoga akan menjadi contoh kota dan daerah lainnya.

Ayo para seniman Solo bersenandung dengan lagunya " KOTA SOLO"

Simbah rengeng-rengeng nyanyi "Kota Solo"

Senin, 16 Januari 2012

TANAMAN YANG DILARANG

Ada tanaman yang sudah dilarang keberadaannya, karena membahayakan bagi penggunanya, efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir.Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi).


Sejak dulu kala tanaman itu daunnya dipakai oleh penduduk sekitar yang memanfaatkannya sebagai penyedap masakan atau daunnya sebagai lalapan saat makan. Karena banyak orang yang menyalahgunakannya daunnya maka sekarang tanaman itu dilarang untuk ditanam oleh petani. Tanaman itu tumbuh liar di bukit-bukit asal tidak di pelihara oleh petani tak masalah tapi jika dirawat dan diam-diam diambil dan dimanfaatkan untuk keperluan lain maka yang membawa daunnya akan ditangkap oleh polisi dan masuk penjara. Meskipun dalam Qur'an dan Hadist tidak termasuk yang dilarang barang itu tapi esensi dan berbahayanya sama dengan memabukkan, merusak kesadaran kita. Berbeda dengan babi dan anjing sudah jelas-jelas dilarang memakannya tapi oleh pemerintah bagi yang membawa dan menjualnya tidak dilarang asalkan jelas bagi kosumsi bukan orang muslim.
Dan sudah pasti orang muslim akan menghidari kedua binatang tersebut baik dikonsumsi maupun memeliharanya.
Tetepi untuk tanaman yang satu ini siapapun yang kedapatan membawa daunnya akan terpidana sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Tanaman itu adalah "GANJA" , jadi jangan coba-coba membawa apalagi menyalahgunakannya.

Ada satu lagi tanaman yang sejenis yang efeknya tidak kalah hebat dari ganja di Jawa orang menyebutnya tanaman "KECUBUNG" - karena keberadaan tanaman itu tidak disalahgunakan oleh banyak orang maka tidak ada masalah. Kecubung dipakai oleh orang jaman dahulu untuk obat tidur, diatur kebutuhannya tidak boleh banyak-banyak memakainya, paling-paling satu biji kecil. Sekarang tanaman itupun sudah langka, bagi generasi sekarang pun tidak akan tahu bentuknya.
Yang penting azas manfaatnya tidak disalahgunakan , apabila disalahgunakan maka bisa-bisa mendapat larangan seperti tanaman ganja.
Seluruh apa yang tumbuh dimuka bumi ini untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh seluruh makhluk yang ada.
Kalau kita melihat besar kekuasaan Allah niscaya kita akan segera mengucapkan “Allahu Akbar” “Subhanallah”. Allah menciptakan langit tanpa tiang serta semua bintang yg menghiasi dan Allah turunkan dari air hujan dan tumbuh dengan segala jenis tumbuh-tumbuhan. Bumi terhampar sangat luas segala jenis makhluk bertempat tinggal di atas berbagai keni’matan dikandung dan tiap orang dengan mudah bepergian ke mana yg dia inginkan.
Binatang ada dengan berbagai jenis bentuk dan warnanya. Tumbuh-tumbuhan dengan segala jenis dan buah-buahan dengan segala rasa dan warnanya. Laut yang sangat luas dan segala rizki yang ada di dlm semua mengingatkan kita kepada kebesaran Allah dan ke-Mahaagungan-Nya.




Senin, 09 Januari 2012

IRONI NEGARA MARITIM

"Jaman udah gak karuan, ini udah jaman eduuuaaaan - sangat edan" mbah Gendeng berkomentar keras.
"Opo tumon, Negara kita ini sudah terkenal sebagai Negara Maritim -  wilayahnya termasuk perairan laut, lebih luas dari pada wilayah daratannya -  lha kok malah impor ikan dari negara tetanggan ; Cina , India dll". 
Boleh jadi ikan-ikan yang di impor itu juga ikan yang dicuri dari wilayah perairan Indonesia. Pemerintah harus bisa  melindungi wilayah Nusantara ini, melindungi nelayan kita juga.
"Jika tidak, matilah mereka - wis jan embuh, negara kok diatur sama orang-orang bisnis, bisanya cuma cari untung sesa'at, tidak punya visi dan misi untuk jangka panjang".
Biar namanya mbah Gendeng sebetulnya tidak gendeng masih waras, bisa berfikir yang benar untuk anak cucu - jadi kalau kita sudah tidak ada alias mati - perlu meninggalkan pondasi kuat masalah bela negara dalam berfikir . Bagaimana memajukan Bangsa dan Negara dengan cara nilai-nilai berfikir positif .
"Dengan kemajuan teknologi sebuah negara juga tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tetapi pada hal yang lebih luas, yakni kebanggaan yang akan tumbuh menjadi sebuah rasa nasionalisme".
 
Sebuah zaman di mana akal sehat tidak lagi digunakan, masyarakatnya berpikir serba terbalik: yang benar dianggap aneh dan yang salah dianggap lumrah. Kebaikan dijauhi dan keburukan dijadikan teladan. Amenangi jaman edan, sing ora edan ora keduman. Sak bejo-bejone wong kang edan, luwih bejo wong kang iling lan waspada, demikian kata Ronggowarsito. 

Alasan impor ikan secara hitungan bisnis  hargaya  lebih murah, jika semua urusan selalu berhitung mencari keuntungan sesa'at ngurus negara  seperti ngurus perusahaan - bisa kacau! negara ini.
Apakah harus menanggalkan nurani dan akal sehat?. Inilah yang sekarang sedang terjadi di Indonesia kita tercinta saat ini.
"Sangat ironi disebut negara maritim malah impor ikan hasil curian diperairan negara kita" celoteh mbah Gendeng.
Karena hanya dengan jalan berpikir, seseorang tidak mudah larut dalam kesesatan meskipun kesesatan itu telah membudaya. Orang yang mau berpikir sehat tidak akan mengambil sesuatu yang bukan haknya, tidak akan melakukan korupsi meskipun rekan kerjanya telah membudayakannya.
 Ironi.....ironi.....ironi...... mbah Gendeng melagukan lagu IRONI.

 

Minggu, 08 Januari 2012

TUGU GENTHONG MUTIHAN

Mbah Gendeng berpose di relief Prambanan
Di kampung Mutihan terdapat sebuah Tugu genthong yang tingginya tidak lebih dari 3 meter diujungnya puncaknya diberi genthong tengkurep. Berdiri sejak tahun enam puluhan saat kerja bakti bersama-sama. Ide kreatif entah dari siapa, tidak jelas - akan tetapi maknanya sampai sekarang malah terkenal untuk mengidentifikasi area letak diantaranya bagi tempat tinggal di Mutihan. Biasanya pertanyaannya: "Dari Tugu Genthong kearah mana rumah Anda?"
Tugu genthong ibarat sebagai pengikat kampung Mutihan, nama Mutihan  diambil dari nama makam Mbah Putih yang ada di Pesarean di Mutihan-sebelah selatan dari tugu Genthong itu.
 Menurut Mbah Gendeng yang sekarang merantau di Bandung, beliau mengatakan bahwa Mutihan adalah sebagai kampung halamannya. Dikala mudanya menurut ceritanya, Mbah gendeng sering bermain musik di kampung Mutihan bersama-sama sahabat-sahabatnya diantaranya bernama: Udin, Djoko Parmono, Darman.
Kampung Mutihan sangat guyub masyarakatnya dan toleran antar sesama warga, kalau ada acara-acara Natal dan Idul Fitri warganya saling bahu membahu bergotong royong untuk merayakan. Itu menurut cerita dari Mbah gendeng,  " Itu dulu , entah sekarang - apakah masih seperti itu, guyubnya? saya sudah betahun-tahun tidak pernah pulang kampung" katanya.
Tugu genthong, tugu kenangan bagi Mbah Gendeng, panggung hiburan yang sering berdiri didekatnya tempat berkreasi musik Folk Song anak-anak muda saat itu termasuk Mbah gendeng.
Tugu Genthong sekarang sebagai pengingat dan pengikat masyarakat kampung Mutihan, harus dilestarikan sudah dikenal sampai Jakarta dan bandung. Apa sebabnya? kok bisa dikenal ?.beberapa warga dari Kampung Mutihan yang merantau ke Bandung dan Jakarta, menceritakan tentang Kota Solo yang tidak pernah tidur dan Kampungnya di sekitar Tugu Genthong. Begitulah awal permulaan bahwa Tugu Genthong sudah terkenal tapi banyak yang belum melihat bentuknya.
Harapan dari Mbah Gendeng semoga warga Kampung Mutihan akan tetap rukun selalu bergotong royong - bahu membahu dalam  berkehidupan sosial - " Orang yang berguna adalah orang yang banyak manfaatnya bagi sesamanya" begitu tutur Mbah Gendeng.



Kamis, 05 Januari 2012

KAPAN TIDAK MERDEKA LAGI ?


Kang Kerta sebagai seorang petani, mengikuti jejak nenek moyangnya sejak dahulu - sudah bertahun-tahun menggarap lahan tanah miliknya untuk menghidupi keluarganya. Meski dalam keadaan serba kekurangan tapi bisa menikmati jerih payahnya.
Kini tibalah saat yang menyedihkan kang Kerta diusir dari tanah garapan miliknya oleh seorang Petugas dari Kantor yang berwenang:

Kang Kerta : " Kenapa Pak, saya diusir dari tanah ini , sudah dari jaman Belanda saya tinggal disini sebagai seorang Petani" ?
Petugas : "Kita kan sudah Medeka , semua harus tertip". Sampeyan kudu pindah dari sini. Mengerti!"
Kang Kerta : "Saya harus pindah kemana Pak?"
Petugas : " Itu sih bukan urusan ku, terserah kamu saja!"

Terpaksa kang Kerta sekeluarga pindah mencari lahan garapan lain, dengan susah payah berusaha menhidupi keluarganya.
Dengan segenap usaha tenaga membuka lahan baru yang bisa ditanami, kang Kerta hanya bisa bertani tidak bisa kerja selain itu.
Cukup berhasil kali ini bisa  menjadikan lahan pertanian.
Beberapa tahun kemudian, tanah yang telah menjadi sebuah pertanian dan bisa dinikmati rakyat sebagai penyambung hidup tanpa merongrong pemerintah.
Kembali didatangi petugas untuk pindah dari tempat ini.
Petugas : "Kalian disini memakai tanah milik Negara, kita ini sudah Merdeka semuanya harus tertip, jangan mengambil yang bukan haknya".
Kang Kerta : "Kenapa saya diusir lagi, Pak?, Sejak jaman belanda sampai sekarang bapa-bapak saya tidak pernah diusir? - Sekarang malah saya yang selalu di usir?"
Petugas : " Jangan membangkang, mau saya masukin di bui?, kita sudah Merdeka jadi ya harus tertip administrasi"
Kang Kerta : ' Jadi, kapan tidak merdeka lagi?, biar saya tidak diusir terus"