Laman

Rabu, 19 Januari 2011

KESOMBONGAN

Sombong, karena jabatannya yang membuatnya harus berlaku seperti itu-misal sebagai pimpinan tertinggi di suatu Organisasi. merasa hebat tidak bisa dikritik/digugat oleh siapapun. Digebuk, siapa yang mengusik. Berlaku sebagai penguasa diskriminatif - bukan sebagai Pimpinan yang diberi amanah kepadanya. Lupa?.Tidak mau bersatu, padahal bendera sudah berkibar di angkasa biru. Semangat rakyat membara membahana mendukung kemajuan karena kebersamaan tanpa memandang Suku, Agama, Golongan. Tapi semangat itu langsung dipadamkan karena adanya kesombongan seorang pemimpin. Ayo bersatu dibawah satu bendera untuk memajukan bangsa, jangan berpecah belah karena kesombongan sebagian orang penguasa. Mereka tidak menghargai rakyat, sebagai pendukung - tidak menghargai pejuang-pejuang dibidangnya. 
Misal pemain sepak bola. merugikan seseorang yang tidak mengerti politik persepakterjangan bola di sini.
menurut mbah gendeng, "Orang jauh-jauh datang dari negeri Kincir angin ingin ikut berjuang kok di-sio-sio, nggak dihargai malah dicampakkan, weleh...weleh... , dasar penguasa  arogan,,, sombong"

Sombong memang salah satu bentuk penyakit hati yang sangat membahayakan bagi kita kaum muslimin, apalagi ancaman bagi orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan itu tidak main-main, yakni tidak akan masuk surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak akan masuk surga seorang yang dalam hatinya ada sebiji dzarrah dari kesombongan.” (HR. Muslim)
Yang demikian karena surga Allah subhanahu wa ta’ala persiapkan bagi orang-orang yang tidak sombong, sebagaimana firman-Nya:
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (al-Qashash: 83)
Karenanya, kita mestinya memahami apakah yang dimaksud sombong dalam syari’at itu?
Jika kita perhatikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia, bunyi hadits lengkapnya:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan suka keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (H.R. Muslim)
Sifat menolak kebenaran ini banyak dilupakan oleh sebagian pemimpin. Jika ada seorang pemimpin yang diberi masukan yang bagus demi kebersamaan, mereka mencibir dan membuat keputusan kontradiktif adalah sebagai seorang yang sombong. Dan mereka  jika diberi nasehat dengan ayat-ayat dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menolaknya dengan akal dan hawa nafsunya.
Maka sesungguhnya mereka inilah yang sombong, karena menolak kebenaran dari al-Qur’an dan hadits, dan lebih membanggakan akal pikirannya sendiri. Sungguh inilah sikap iblis ketika diperintah oleh Allah untuk sujud kepada Adam ‘alaihissalam. Dia menolak dengan pikirannya bahwa dia yang diciptakan dari api lebih baik dan lebih mulia dari Adam ‘alaihissalam yang diciptakan dari tanah (perhatikan al-A’raaf:12).
Sifat kedua meremehkan manusia, ini pun banyak mengenai kita, kaum muslimin. Sering sekali tanpa terasa, sebagian kita meremehkan dan menganggap rendah orang lain di bawah telapak kakinya.
Sifat ini yang membawa sebagian manusia meperolok-olokkan sebagian yang lainnya, padahal belum tentu yang memperolok-olokkan lebih baik dan lebih mulia daripada yang diperolok-olokkan (perhatikan al-Hujurat:11).
Demikian, sekedar mengingatkan diri sendiri, semoga bermanfaat bagi para pemimpin/penguasa dan mohon maaf jika tidak berkenan.

mbah gendeng



Senin, 03 Januari 2011

PALING DEKAT DENGAN KITA

Semua berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadist,; bahwa Allah menurunkan syareat islam dalam Al-Qur'an dan Hadis sebagai tuntunan dalam beribadah kepada Allah. Bagi sebagian orang ada yang berbenturan - sebernarnya tidak ada yang berbenturan.
Barangkali saja berbeda cara memahaminya, misalkan "orang cerdas"; menurut phsikolog orang yang mempunyai IQ 130; sedang menurut Pa' Sri mungkin bisa berbeda, orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa berfikir/ mengingat tentang kematian (karena beda cara memahaminya).

Di dalam Al Qur’an telah diterangkan bahwa Muhammad SAW adalah contoh yang paling baik bagi umat manusia yang menghendaki perjumpaan dengan Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah ;
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan menemui Allah dan Hari Akhir dan mengingat Allah sebanyak-banyak” (QS Al Ahzab 33 : 21).
Melangkah kepada yang paling dekat dari dirinya, yaitu Yang Maha Dekat, Allah, dan jalan ini adalah yang sesuai dengan Al Quran. Di dalam Al Quran Allah menunjukkan jalannya dengan sangat sederhana dan mudah.
Mari kita perhatikan cara Tuhan menunjukkan para hamba yang mencari Tuhannya.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah) bahawasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan menusia dan mengetahui apa yang di bisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (QS. Al Qaaf: 16)
Ayat-ayat di atas, mengungkapkan keadaan Allah sebagai wujud yang sangat dekat, dan kita diajak untuk memahami pernyataan tersebut secara sempurna. Al Quran mengungkapkan jawaban secara dimensi dan dilihat dari perspektif seluruh sisi pandangan manusia sesempurnanya.

Saat pertanyaan itu terlontar, di manakah Allah ?
Maka Allah menjawab: Aku ini dekat, kemudian jawaban meningkat sampai kepada, Aku lebih dekat dari urat leher kalian. Atau di mana saja kalian menghadap di situ wujud wajah-Ku…dan Aku ini maha meliputi segala sesuatu .
Di dalam Islam mengawalinya perjalanan dengan pengenalan kepada Allah terlebih dahulu, … kemudian kita diperintah langsung mendekati-Nya, karena Allah sudah sangat dekat,

Maka mulailah perjalan dengan melangkah kepada yang paling dekat dari kita terlebih dahulu (Allah) bukan melangkah dari yang paling jauh dari diri kita.
Mungkin bagi orang lain, boleh jadi tidak sama ( ada yang suka dengan Tahlil, Tawasul, solawat, zikir bersama, Sedekah, puasa dll.) - tetapi tujuannya sama jalan pulang. Ibarat dalam perjalanan kesuatu tempat, bisa menggunakan rombongan bus, boleh pakai kendaraan sendiri. Ada yang melalui jalan yang berliku penuh duri, ada yang melalui jalan tol. Silahkan, jangan di pungkiri semua bisa sampai dan juga bisa tersesat.
Namun berdoa dan berusaha dengan sungguh-sungguh - sesuai dengan  dalil: …barang siapa yang sungguh-sungguh datang kepada Kami, pasti kami akan tunjukkan jalan-jalan Kami… (QS:Al ankabut: 69 )