Sombong, karena jabatannya yang membuatnya harus berlaku seperti itu-misal sebagai pimpinan tertinggi di suatu Organisasi. merasa hebat tidak bisa dikritik/digugat oleh siapapun. Digebuk, siapa yang mengusik. Berlaku sebagai penguasa diskriminatif - bukan sebagai Pimpinan yang diberi amanah kepadanya. Lupa?.Tidak mau bersatu, padahal bendera sudah berkibar di angkasa biru. Semangat rakyat membara membahana mendukung kemajuan karena kebersamaan tanpa memandang Suku, Agama, Golongan. Tapi semangat itu langsung dipadamkan karena adanya kesombongan seorang pemimpin. Ayo bersatu dibawah satu bendera untuk memajukan bangsa, jangan berpecah belah karena kesombongan sebagian orang penguasa. Mereka tidak menghargai rakyat, sebagai pendukung - tidak menghargai pejuang-pejuang dibidangnya.
Misal pemain sepak bola. merugikan seseorang yang tidak mengerti politik persepakterjangan bola di sini.
menurut mbah gendeng, "Orang jauh-jauh datang dari negeri Kincir angin ingin ikut berjuang kok di-sio-sio, nggak dihargai malah dicampakkan, weleh...weleh... , dasar penguasa arogan,,, sombong"
Sombong memang salah satu bentuk penyakit hati yang sangat membahayakan bagi kita kaum muslimin, apalagi ancaman bagi orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan itu tidak main-main, yakni tidak akan masuk surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak akan masuk surga seorang yang dalam hatinya ada sebiji dzarrah dari kesombongan.” (HR. Muslim)
Yang demikian karena surga Allah subhanahu wa ta’ala persiapkan bagi orang-orang yang tidak sombong, sebagaimana firman-Nya:
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (al-Qashash: 83)
Karenanya, kita mestinya memahami apakah yang dimaksud sombong dalam syari’at itu?
Jika kita perhatikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia, bunyi hadits lengkapnya:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan suka keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (H.R. Muslim)
Sifat menolak kebenaran ini banyak dilupakan oleh sebagian pemimpin. Jika ada seorang pemimpin yang diberi masukan yang bagus demi kebersamaan, mereka mencibir dan membuat keputusan kontradiktif adalah sebagai seorang yang sombong. Dan mereka jika diberi nasehat dengan ayat-ayat dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menolaknya dengan akal dan hawa nafsunya.
Maka sesungguhnya mereka inilah yang sombong, karena menolak kebenaran dari al-Qur’an dan hadits, dan lebih membanggakan akal pikirannya sendiri. Sungguh inilah sikap iblis ketika diperintah oleh Allah untuk sujud kepada Adam ‘alaihissalam. Dia menolak dengan pikirannya bahwa dia yang diciptakan dari api lebih baik dan lebih mulia dari Adam ‘alaihissalam yang diciptakan dari tanah (perhatikan al-A’raaf:12).
Sifat kedua meremehkan manusia, ini pun banyak mengenai kita, kaum muslimin. Sering sekali tanpa terasa, sebagian kita meremehkan dan menganggap rendah orang lain di bawah telapak kakinya.
Sifat ini yang membawa sebagian manusia meperolok-olokkan sebagian yang lainnya, padahal belum tentu yang memperolok-olokkan lebih baik dan lebih mulia daripada yang diperolok-olokkan (perhatikan al-Hujurat:11).
Demikian, sekedar mengingatkan diri sendiri, semoga bermanfaat bagi para pemimpin/penguasa dan mohon maaf jika tidak berkenan.
mbah gendeng