Laman

Selasa, 30 November 2010

PEMIMPIN DAN MASA DEPAN BANGSA


Bangsa ini butuh pemimpin-pemimpin yang berwawasan luas dan mempunyai jangkauan jauh ke masa depan menyiapkan dasar-dasar sistem yang baik bagi kehidupan rakyat mendatang.
Orde baru sudah berjalan selama 32 tahun, dan kemudian diganti dengan Orde Reformasi empat kali silih berganti kepemimpinan maksudnya untuk mencari Indonesia yang lebih maju.
Akan tetapi, Indonesia masih tetap terpuruk dalam upaya mereformasi membangun diri, masih ada kepentingan politik praktis, yang mengesampingkan kepentingan rakyat,
Lemahnya perekonomian yang ditandai oleh banyaknya pengangguran, rendahnya daya saing, investasi yang tidak kunjung tiba, membuat Indonesia makin terperosok dalam kemiskinan. Celakanya, penderitaan yang menimpa bukannya membuat bangsa ini sadar dan tertantang untuk berjuang memperbaiki nasib, melainkan menipu diri dengan mimpi-mimpi indah dan menggantungkan diri kepada belas kasihan masyarakat dunia, yang pasti diboncengi dengan kepentingan asing. Kerja keras, hidup hemat dan berani menderita yang seharusnya menjadi semangat untuk keluar dan kesulitan tidak kunjung nampak. Yang makin menonjol justru melanjutkan gaya hidup boros dengan menghamburkan aset nasional serta menjadikan utang sebagai penunjang gaya hidup. Masalah-masalah besar yang menumpuk bukannya dihadapi dengan berani, tetapi yang dilakukan adalah lari dan masalah, mencari-cari alasan dan menundanya, seakan semua urusan bisa ditunda.
Ini berarti bahwa generasi baru akan -mewarisi masalah dan penderitaan yang luar biasa besar. Dapat dibayangkan bagaimana sengsaranya kehidupan rakyat Indonesia mendatang yang dibebani dengan perekonomian yang terus terpuruk. Utang menumpuk, sumber daya alam nyaris punah disertai kerusakan lingkungan hidup. Ditambah lagi dengan kemerosotan akhlak serta kemelut sosial politik yang tiada habisnya. Lebih celaka lagi, keadaan tersebut sangat mungkin membawa perpecahan bangsa, baik karena konflik horisontal atau internal maupun pengaruh dan campur tangan pihak luar. Berbagai kajian dan data baik dan lembaga-lembaga domestik maupun internasional jelas rnenunjukkan betapa merosotnya Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi lambat, infrastruktur hancur, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan buruk, produktivitas dan daya saing rendah, tingkat korupsi dan krisis moral yang menyeramkan, tidak ada yang bisa dibanggakan..Yang menyedihkan, para elit politik dan pemimpin lebih banyak menutupi atau mengalihkannya dengan slogan-slogan muluk dan tidak didukung dengan dasar yang realistik.
Sebenarnya reformasi tidak harus merubah semua hal, ada hal-hal baik yang telah diletakkan oleh rejim pada masa Orde Lama seharusnya perlu dipertahankan.
Mencari pemimpin yang mampu menunjukkan pandangan/wawasan jauh kedepan, bahwa yang paling penting adalah mempersiapkan manusia untuk membangun kembali untuk  menjadi salah satu negara besar ekonominya dan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Seharusnya itu semua bisa menggugah kesadaran dan membangkitkan tekad untuk keluar dari lumpur masalah. Dalam keadaan seperti itu, yang patut dipersalahkan terutama adalah para pemimpin dan elit bangsa. Perubahan sistem politik dan empat kali pergantian presiden membuktikan bahwa mereka mereka tidak mampu menghayati persoalan, berani melakukan perubahan serta yang lebih penting, menjadi teladan bagi rakyat.
 Harga diri sebagai bangsa, semangat untuk menyelamatkan bangsa dan negara bagi generasi sekarang maupun mendatang, keberanian merubah gaya hidup, menderita sekarang untuk kebahagiaan masa depan, tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka. Semangat pengabdian yang seharusnya menjadi pedoman telah digantikan oleh nafsu berkuasa.
Karena dalam setiap negara tanggung jawab terbesar ada pada Kepala Negara/pemimpin pemerintahan, maka demikian pula untuk Indonesia, yang perlu disoroti adalah bagaimana visi, konsep membangun negara serta kebijakan mereka sebagai pemimpin dalam mencapai tujuan mensejahterakan rakyat.
Sayangnya selama ini para pemimpin tidak ada yang mempunyai visi jauh kedepan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini para elit politik dan pemimpin lebih banyak berpikir serta berbuat selama masa jabatannya, yaitu 5 atau paling lama 10 tahun. Karenanya mereka cenderung berbuat dan mengambil keputusan jangka pendek, tidak lagi berpikir apalagi berbuat untuk masa depan bangsa. Tidak heran kalau masyarakat, apalagi rakyat kecil menjadi apatis, tidak peduli lagi dengan proses politik, pemilu atau kehidupan berbangsa dan bemegara. Para pemimpin sekarang tidak ada lagi yang dicintai atau dihormati. Kebanyakan mereka sekarang bahkan dibenci atau dilecehkan. Semoga masih ada waktu bagi mereka untuk sadar kembali.

Senin, 15 November 2010

BERAMAL DAN KETENTUAN


Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Kami sedang mengiringi sebuah jenazah di Baqi Gharqad (sebuah tempat pemakaman di Madinah), lalu datanglah Rasulullah saw. menghampiri kami. Beliau segera duduk dan kami pun ikut duduk di sekeliling beliau yang ketika itu memegang sebatang tongkat kecil. Beliau menundukkan kepalanya dan mulailah membuat goresan-goresan kecil di tanah dengan tongkatnya itu kemudian beliau bersabda: Tidak ada seorang pun dari kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang hidup kecuali telah Allah tentukan kedudukannya di dalam surga ataukah di dalam neraka serta apakah ia sebagai seorang yang sengsara ataukah sebagai seorang yang bahagia. Lalu seorang lelaki tiba-tiba bertanya: Wahai Rasulullah! Kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir kita dan meninggalkan amal-usaha? Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara. Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara. Kemudian beliau membacakan ayat berikut ini: Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar. (Shahih Muslim No.4786)
Hadis riwayat Imran bin Hushain ra., ia berkata:
Rasulullah saw. ditanya: Wahai Rasulullah! Apakah sudah diketahui orang yang akan menjadi penghuni surga dan orang yang akan menjadi penghuni neraka? Rasulullah saw. menjawab: Ya. Kemudian beliau ditanya lagi: Jadi untuk apa orang-orang harus beramal? Rasulullah saw. menjawab: Setiap orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yang telah menjadi takdirnya. (Shahih Muslim No.4789)

PEDAGANG ASONGAN BERHATI MULIA


Setelah menyetir terlalu lama sepulang dari kampung saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan saya. “Abang mau beli kue?” Katanya sambil tersenyum. Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya.
“Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan,” jawab saya ringkas dan akhirnya dia berlalu.
Pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Tidak sampai 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri calon pembeli lain. Saya lihat dia menghampiri sepasang suami istri. Mereka juga menolak tawaran anak itu, dan dia berlalu begitu saja.
“Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?” tanyanya tenang ketika menghampiri meja saya lagi.
“Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih,” kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pun pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu dia tanya, “mau beli kue saya Bang, Pak… Kakak,… Ibu..” Halus budi bahasanya, pikir saya. Sambil memperhatikan., terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya. Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup
pintu. Namun belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi sudah berdiri di samping mobil. Dia tersenyum kepada saya. Saya turunkan kaca jendela dan membalas senyumannya.
“Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlu bawa kue saya buat oleh-oleh untuk adik- adik, Ibu atau Ayah abang,” katanya sopan sekali, sambil tersenyum. Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya. Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp 20.000,- padanya.
“Ambil ini Dik! Abang sedekah… tak usah Abang beli kue itu.” Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan yang meningkat mendadak. Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima restoran. Saya gembira dapat membantunya.
Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan. Alangkah kagetnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis buta. Saya terkejut, saya hentikan mobil, dan memanggil anak itu.
“Kenapa Bang, mau beli kue ya?” tanyanya. “Kenapa Adik berikan duit Abang tadi pada pengemis itu? Duit itu Abang berikan ke Adik!” kata saya tanpa menjawab pertanyaannya. “Bang, saya tak bisa ambil duit itu.. ..Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak Emak pasti marah. Kata Emak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat Bang!” katanya begitu lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.
“Abang mau beli semua?” dia bertanya dan saya cuma mengangguk. Lidah saya kelu mau berkata. “Rp 25.000,- saja Bang….” Dengan gembira dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan berlalu dari pandangan saya. Ya Tuhan!. Saya hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati, siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidik anak itu?. Sesungguhnya saya kagum dengan sikapnya. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.. …..
Kisah yang patut direnungkan. Artinya boleh saja kita kaya, tetapi jangan sampai kekayaan tersebut membawa kepada kepada kedekatan kita kepada syetan dan neraka. Begitu juga jika kita diberi kemiskinan, jadikanlah kemiskinan tersebut sebagai ladang amal untuk menuju kepada ridho Allah bukan sebaliknya menuntun kita kepada jalan yang tidak diridhoi-Nya. Jadi siapa yang kaya dan siapa yang miskin tergantung kepada apakah kita masih membutuhkan dunia ini atau tidak. Atau hanya menjadikan dunia sebagai batu loncatan untuk mengapai kebahagian akhirat. ****

Jumat, 12 November 2010

EMPAT ISTERI


Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 isteri.

Dia mencintai isteri ke-4 dan menganugerahinya harta dan kesenangan, sebab ia yang tercantik di antara semua isterinya.

Pria ini juga mencintai isterinya yang ke-3.  Ia sangat bangga dengan sang isteri dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita cantik ini kepada semua temannya.  Namun ia juga selalu kuatir kalau isterinya ini lari dengan pria lain.

Begitu juga dengan isteri ke-2.  Sang pedagang sangat menyukainya karena ia isteri yang sabar dan penuh pengertian. Kapan pun pedagang mendapat masalah, ia selalu minta pertimbangan isteri ke-2-nya ini, yang selalu menolong dan mendampingi sang suami melewati masa2 sulit.

Sama halnya dengan isteri pertama.  Ia adalah pasangan yang sangat setia dan selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarganya.  Wanita ini yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan bisnis sang suami.  Akan tetapi, sang pedagang kurang mencintainya meski isteri pertama ini begitu sayang kepadanya.

Suatu hari si pedagang sakit dan menyadari bahwa ia akan segera meninggal.  Ia meresapi semua kehidupan indahnya dan berkata dalam hati, "Saat ini aku punya 4 isteri.  Namun saat aku meninggal, aku akan sendiri.  Betapa menyedihkan."

Lalu pedagang itu memanggil semua isterinya dan bertanya pada isteri ke-4-nya.

ISTERI KE-4:  NO WAY
"Engkaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan indah.  Nah, sekarang aku akan mati.  Maukah kamu mendampingi dan menemaniku?" Ia terdiam.... tentu saja tidak!  Jawab  isteri ke-4 dan pergi begitu saja tanpa berkata apa2 lagi.  Jawaban ini sangat menyakitkan hati.  Seakan2 ada pisau terhunus dan mengiris- iris hatinya.

ISTERI KE-3:  MENIKAH LAGI
Pedagang itu sedih lalu bertanya pada isteri ke-3.
"Aku pun mencintaimu sepenuh hati dan saat ini hidupku akan berakhir.  Maukah
kau ikut denganku dan menemani akhir hayatku?" Isterinya menjawab, hidup begitu indah di sini.  Aku akan menikah lagi jika kau mati.  Bagai disambar petir di siang bolong, sang pedagang sangat terpukul  dengan jawaban tsb.  Badannya terasa demam.

ISTERI KE-2:  SAMPAI LIANG KUBUR
Kemudian ia memanggil isteri ke-2.  "Aku selalu berpaling kepadamu setiap kali aku mendapat masalah dan kau selalu membantuku sepenuh hati.  Kini aku butuh sekali bantuanmu. Kalau aku
mati, maukah engkau mendampingiku?" Jawab sang isteri, "Maafkan aku kali ini aku tak bisa
menolongmu. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur.  Nanti
akan kubuatkan makam yang indah untukmu."

ISTERI KE-1:  SETIA BERSAMA SUAMI
Pedagang ini merasa putus asa.  Dalam kondisi kecewa itu, tiba2 terdengar suara, "Aku akan tinggal bersamamu dan menemanimu kemanapun kau pergi.  Aku tak akan meninggalkanmu, aku akansetia bersamamu.

Pria itu lalu menoleh ke samping, dan mendapati isteri pertamanya di sana.  Ia tampak begitu kurus.  Badannya seperti orang kelaparan. 
Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja aku bisa merawatmu lebih baik saat aku mampu, tak akan kubiarkan engkau kurus seperti ini, isteriku."

HIDUP KITA DIWARNAI 4 ISTERI
Sesungguhnya, kita punya 4 isteri dalam hidup ini.

Isteri ke-4 adalah TUBUH kita.
Seberapa banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah.  Semua ini akan hilang dalam suatu batas waktu dan ruang.  Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap kepada-Nya.

Isteri ke-3, STATUS SOSIAL DAN KEKAYAAN. 
Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain.  Mereka akan berpindah dan
melupakan kita yang pernah memilikinya. Sebesar apapun kedudukan kita dalam masyarakat dan sebanyak apapun harta kita, semua itu akan berpindah tangan dalam waktu sekejap ketika kita tiada.

Sedangkan isteri ke-2, yakni KERABAT DAN TEMAN.
Seberapa pun dekat hubungan kita dengan mereka, kita tak akan bisa terus bersama mereka.  Hanya sampai liang kuburlah mereka menemani kita.

Dan sesungguhnya isteri pertama kita adalah JIWA DAN AMAL KITA. 
Sebenarnya hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia mendampingi kemana pun kita melangkah.  Hanya amallah yang mampu menolong kita di akhirat kelak.

Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa kita dengan bijak serta jangan pernah malu untuk berbuat amal, memberikan pertolongan kepada sesama yang membutuhkan. Betapa pun kecilnya bantuan kita, pemberian kita menjadi sangat berarti bagi mereka yang memerlukannya.

Mari kita belajar memperlakukan jiwa dan amal kita dengan bijak.


Senin, 08 November 2010

KANG JONI BEROBAT


Sebut saja Joni namanya (bukan nama sebenarnya), karyawan bengkel di suatu Perusahaan Besar. Kang Joni bandannya besar dan kekar  selalu sigap dalam kerjanya. Sering diminta tolong oleh rekan kerjanya untuk minta bantuan. Kang Joni bahkan jarang sakit, maka dalam  catatan di Medical Record Poliklinik hampir-hampir kosong, mungkin dalam 5 tahun tidak pernah berobat.
Berbeda dari kebanyakan rekan kerja Kang Joni penuh catatan medisnya, hampir setiap dua bulan sekali pasti datang berobat, ada yang batuk pilek, atau sakit gigi dan lain sebagainya.
Tapi kali ini Kang Joni, terpaksa datang berobat ke Poliklinik, lantaran sudah beberapa hari badannya meriang  batuk belum juga sembuh. kemungkinan juga  banyak lembur yang dijalani selama ini.
Sengaja datang ke poli lebih awal, sambil terkantuk-kantuk Kang Joni, mendapat panggilan pertama dari juru rawat untuk masuk kamar pemeriksaan dokter.
Didalam pemeriksaan kang Joni menyampaikan keluhannya yang sudah beberapa hari masih saja sakit nggak kunjung sembuh.
Dokternya melihat kok catatan medis kosong, “Selama ini kalau sakit berobat dimana ,Pak?” Tanya dokter.
“Saya memang jarang sakit, Pak, biasanya Cuma minum jamu aja” jawab Kang Joni.
‘Ya sudah, saya beri resep saja, bisa diambil di apotik” kata dokter sambil menulis resep.
Kemudian resep diterima dan  selanjutnya Kang Joni, pergi sambil mengucapkan , terima kasih.
Di loket apotik poliklinik kang Joni menyerahkan resep dari dokter tadi, oleh petugas apoteker bilang : “ Pak, sudah beberapa hari ini stok obat lagi kosong”. lanjutnya
“Memang, biasanya mengambil di apotik rekanan, tapi sudah diputus juga oleh perusahaan”.
Dalam hati kang Joni, “Sialan, baru juga ke poliklinik dibilang gak ada obat, sudah kepala pusing badannya meriang begini”.
Kemudian Kang Joni balik masuk keruang pemeriksaan  dokter sambil menyodorkan sebotol air aqua dan,; “Pak dokter, berhubung nggak ada obat, tolong do’a  in saja, air ini biar saya cepat sembuh”.
Tentu saja dokter kaget; “apa-apa an ini, emangnya saya dukun, udah sana beli sendiri ke apotik, nanti minta ganti uangnya ke perusahaan”.
Opo tumon kang Joni ini, dokter kok dimintai do’a-in air untuk pengobatan emang nya dukun?. Ponari kali, Ada-ada saja kang-kang……


Rabu, 03 November 2010

NGOBROL DI PARKIRAN


Saya lihat jam, padahal baru jam 6.25, tapi tampak sudah banyak kendaraan ditempat parkir, dalam hatiku ;”Luar biasa, kawan-kawan ini loyalitas terhadap perusahaannya sangat tinggi, patut di acungi jempol”.
“Tumben mas, datang pagi-pagi” saya tanya pada salah seorang kawan  yang baru datang di parkiran.
Dia sodorkan tangannya menyalami saya : “Inilah hikmahnya, bisa masuk lebih pagi dari biasanya” katanya.
“Maksudnya gimana Mas, hikmah dari apa” ?  kata saya minta penegasan.
Sambil memparkirkan motornya dan merapikan rambut, lalu kita ngobrol bareng untuk mengisi waktu sambil berjalan.
Katanya, biasanya setiap pagi sudah disediakan kopi panas kesukaannya. Tapi beberapa hari ini sudah tidak lagi ada kopi di meja seperti biasanya, maklum, belum gajian.
Karena belum gajian maka kita harus lebih giat lagi, semangat tinggi. “Inilah hikmahnya , bisa datang pagi-pagi”.
“Saya kira semangat tinggi karena gaji naik, merubah kebiasaan lama, datang lebih pagi”, kata saya lagi

“Benar, harus diambil hikmahnya; karena setiap kejadian yang menimpa kita tentulah ada maksudnya, sebagai ujian kesabaran baik di rumah maupun di kantor”.

“Hebat lho, sampeyan sudah ngelmu makrifat, ya. Mas”…kata saya
“Beruntung, perusahaan ini punya banyak karyawan hebat, karena selalu bersyukur walaupun kena musibah. Semua dikembalikan kepada yang Kuasa, adalah Allah s.w.t..
Bukan kepada yang kuasa - penguasa perusahaan, kalau dikembalikan hanya kepada mahkluk, ya percuma gak bakal ada hikmahnya. Harus diserahkan kepada yang punya kehendak adalah Allah”. Tambahnya dengan bersemangat.

Kemudian dengan bersungut-sungut “Karena diomelin isteri terus setiap pagi, udah aja berangkat kerja pagi-pagi”

Welhadalah, saya kira  udah makrifat, lha kok jebul masih podo wae karo aku.


Selasa, 02 November 2010

Menunda Gaji Pegawai


Bukhari dan yang lainnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: Allah Ta’ala berfirman:

ثَلاَثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ , وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأكَلَ ثَمَنَهُ , وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيْرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِهِ أَجْرَهُ

“Tiga Jenis (manusia) yang Aku akan menjadi musuhnya kelak pada hari kiamat, yaitu: seseorang yang memberi dengan nama-Ku, kemudian berkhianat; seseorang yang menjual orang yang merdeka (bukan budak), kemudian memakan uangnya; dan seseorang yang mempekerjakan pekerja dan telah diselesaikan pekerjaannya, tetapi ia tidak memberikan upahnya.”
Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dan Thabrani meriwayatkan dari Jabi radhiyallahu ‘anhu serta Abu Ya’la juga meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sa llam bersabda:

أَعْطُوا الأَجِيْرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering.”
Para ulama telah menganggap bahwa menunda pembayaran gaji pekerja atau tidak memberikannya setelah pekerjaan diselesaikan, termasuk dosa besar berdasarkan ancaman yang sangat dahsyat ini. Karena, penundaan pembayaran dari orang yang kaya merupakan bentuk kezhaliman, sebagaimana yang disebutkan dalam pembahasan ghashab. Di antara bentuk kezalimannya adalah tidak memberikan sama sekali hak-hak pekerja, sedang para pekerja tidak memiliki bukti.
Kalau di suatu perusahaan sering kali melakukan pembayaran gaji pegawainya tertunda, sungguh mereka ibarat hidup di naungan kedzoliman para Pemimpin yang tak bertanggung jwab. Ingat dosa besar ada pada pundak para Direksi jika tidak amanah dalam memimpin suatu perusahaan. Jadi perusahaan ini dalam ancaman yang maha dahsyat.
Bahkan, terkadang membebaninya dengan pekerjaan atau menambah waktu kerja (lembur), tapi hanya memberikan gaji pokok saja tanpa membayar pekerjaan tambahan atau waktu lembur dengan memanfaatkan momentum minimnya lowongan pekerjaan dan kelemahan pihak pekerja. Terkadang pula, terjadi penundaan pembayaran gaji dan tidak memberikannya kecuali dengan usaha keras para pekerja dengan tujuan agar para pekerja melepaskan haknya dan tidak menuntuk haknya kembali. Atau, ada yang bermaksud menggunakan upah pekerja tersebut untuk usahanya dan mengelolanya, sedangkan si pekerja yang miskin tersebut tidak memiliki bahan makanan untuk diri dan keluarganya.
Apakah masih berlaku undang-undang ini?
PP RI No.8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah.
Pasal 11. Pada tiap pembayaran seluruh jumlah upah harus dibayarkan.
Pasal 19
Ayat 1: Apabila upah terlambat dibayar, maka mulai dari hari keempat sampai hari ke delapan terhitung dari hari dimana seharusnya upah dibayar, upah tersebut ditambah dengan 5%(lima persen) untuk setiap keterlambatan. Sesudah hari kedelapan tambahan itu menjadi 1%(satu persen) untuk tiap hari keterlambatan, dengan ketentuan bahwa tambahan itu untuk 1(satu) bulan tidak boleh melebihi 50%(lima puluh persen) dari upah yang seharusnya dibayarkan.